AKSI KUBUR DIRI




Menolak penggusuran, sebanyak enam warga Cempaka Putih, Senin (2/8/2010), menguburkan diri. Hal itu dilakukan di pekarangan rumah mereka, Jalan Kompleks Perkantoran Rawa Kebo, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang rencananya digusur pemerintah, Selasa besok.

Di dalam lubang berdiameter 1 m dengan dalam 1,2 m, Salmah, Paidi, Dadang Sukanta, Dyatmo Suminto, Firzen Saleh, dan Suherman menguburkan diri. Dengan posisi duduk, tubuh mereka terkubur hingga leher dan rencananya aksi yang telah digelar sejak pukul 10.00 WIB itu akan dilangsungkan hingga pukul 12.00 WIB.


Mereka adalah warga yang selama ini mengontrak di lahan milik Kusen (78), sebagian di antaranya bahkan gratis menempati kontrakan tersebut. Tanah milik Kusen itu rencananya akan digusur untuk dijadikan kantor pengadilan agama.

Pria asli Purworejo itu sudah menempati lahan tersebut sejak 57 tahun lalu. Namun, hingga tanah tersebut direncanakan untuk digusur, pensiunan Guru SMK 4 itu hanya memegang surat hak garap dari RT dan RW setempat.

Salmah (52), salah seorang yang menguburkan dirinya pagi ini, rela melakukan hal tersebut karena merasa tidak punya pilihan lain selain menolak penggusuran tersebut, pasalnya ia tidak mempunyai pilihan lain untuk tinggal.

"Perjuangan demi anak cucu" tuturnya sambil beranjak masuk ke dalam lubang, Senin (2/8/2010).

Hingga berita ini diturunkan, aksi kubur diri tersebut masih dilangsungkan, warga pun mulai berdatangan untuk menyaksikan kejadian langka tersebut.


Aksi kubur diri yang dilakukan sejumlah warga penghuni lahan kosong di Jalan Rawasari Selatan, Cempaka Putih, Jakarta Selatan, terus berlanjut. Pada Selasa (3/8/2010), Salmah bersama empat warga lainnya, yakni Juju, Diatmo Suminto, dan Untung kembali mengubur diri di dalam lubang sedalam sekitar 1 meter.
Namun, aksi yang dimulai sejak pukul 08.00 itu tidak berlangsung mulus. Pasalnya, empat warga sempat merasa tidak tahan dengan kondisi tubuh yang setengah terkubur.
Setelah berada di lubang kubur selama dua jam lebih, Salmah (52), salah satu peserta, memilih untuk beristirahat sementara dari aksi kubur diri. Wanita paruh baya ini merasakan kram dan kaku pada kedua kakinya yang terkubur.
"Kaki saya kram, sakit banget. Ini asam urat saya kambuh juga kayaknya," kata Salmah sambil merintih dan mengusap kakinya setelah dikeluarkan dari dalam lubang.
Wanita yang bekerja serabutan ini merasa tidak cukup kuat berada di dalam lubang yang ditempatinya saat ini. Pasalnya, kata Salmah, lubangnya kali ini sangat sempit sehingga kedua kakinya harus terlipat. "Kalau kemarin masih lebih pas. Karena kaki enggak terlipat-lipat," ujarnya.
Selain Salmah, ketiga peserta aksi lainnya pun juga memilih untuk beristirahat sementara. Cuaca panas terik sedikit mengendurkan semangat mereka bertahan di dalam lubang kubur. "Tapi kami enggak akan mundur. Tetap akan masuk lagi dan bertahan sampai permintaan kami didengar," kata Salmah.
Untuk sementara, keempat lubang kubur itu pun terpaksa kosong. Nantinya, aksi akan tetap dilanjutkan secara bergantian oleh sejumlah warga yang juga menempati lahan tersebut.
Salmah dan sejumlah warga lainnya melakukan aksi kubur diri ini untuk menolak rencana penggusuran atas lahan seluas sekitar 1.200 meter yang saat ini mereka tempati. Meski mereka tidak memiliki surat kepemilikan lahan, namun mereka mendesak Pemprov DKI untuk memberikan uang penggantian yang lebih layak kepada warga yang akan digusur.
Sumber Kompas

No comments:

Post a Comment